Oleh  

Jakarta, Selular.ID – Cara lama menjalankan bisnis di industri otomotif sudah berakhir. Industri ini kini menghadapi kolaborasi revolusioner dengan sektor teknologi yang dapat mentransformasi cara mengelola operasional rantai pasokan. Perusahaan logistik, DHL, mengungkapkan laporan bahwa komposisi teknologi yang tinggi pada kendaraan, didorong oleh ekspektasi pelanggan yang semakin besar akan inovasi produk yang dapat mendorong konvergensi ini antara kedua industri.
‘Perkawinan’ antara teknologi dengan otomotif ini dikaitkan dengan peningkatan dalam pemasok besar di dunia karena 82 persen komponen yang digunakan oleh pabrikan otomotif kini diambil dari pemasok. Ketergantungan yang meningkat ini, mulai dari 50 persen pada 30 tahun lalu, ternyata mengubah hirarki pemain dari basis tradisional pabrikan peralatan original (OEM). Industri otomotif kini membutuhkan standarisasi yang lebih besar, visibilitas dan manajemen risiko dalam operasional rantai pasokan untuk menjaga daya saing mereka.
Lisa Harrington, President, lharrington group LLC, mengatakan, “Hari-hari keberadaan operasional industri silo dimana OEM memiliki basis pemasok hanya dari dalam industri otomotif sudah tidak ada lagi. Kendaraan ukuran medium rata-rata saat ini memiliki sekitar 40 – 50 sistem yang didukung oleh mikroprosesor, yang berarti membutuhkan 20 juta lebih baris kode. Sebaliknya, Boeing 787 memiliki baris kode kurang dari 15 juta.”
Lebih lanjut, Lisa menambahkan, ketika pelanggan mendapatkan keuntungan dari mobil yang semakin cerdas dan canggih, pabrikan harus menghadapi tantangan dari risiko yang lebih besar dan ketidakpastian yang masuk ke dalam rantai pasokan mereka
Rantai pasokan otomotif baru ini terdiri dari 3 pilar yaitu standarisasi, visibilitas dan manajemen risiko. Industri ini harus bekerja untuk menstandarkan manajemen fisik dan rantai pasokan informasi. Ini akan memungkinkan OEM dan pemasok mereka menyederhanakan operasional, sehingga bisa mengurangi biaya secara keseluruhan. Untuk banyak perusahaan, perjalanan menuju standarisasi ini ada di dalam inti rencana strategis mereka untuk mentransformasi rantai pasokan global.
Pilar kedua, visibilitas, didukung oleh aplikasi terbaru teknologi informasi ke dalam operasional rantai pasokannya. TI memiliki kemampuan untuk menyuntikkan visibilitas melalui analisis dan sistem lacak yang mencatat setiap transaksi melalui rantai pasokan. Jenis visibilitas ini memungkinkan perusahaan untuk mengawasi apa yang bergerak di jaringan global mereka, kapan saja. Visibilitas memungkinkan strategi manajemen risiko yang lebih efektif, yaitu pilar ketiga, dengan mengurangi ketidakpastian dalam rantai pasokan.
Selain itu, perusahaan juga harus memastikan bahwa mereka menggunakan solusi manajemen risiko terbaru untuk menjaga daya saing.

Posting Komentar

 
Top